Senandung Hujan
Bismillah.......
Minggu yang
ranum...
Untuk beberapa
hari ini, tidak hanya bogor yang diguyur hujan siang dan malam, tidak hanya
jakarta yang terendam banjir...
daerah pantura yang biasanya kering kerontang pun bisa banjir
dan akses jalan terputus karenanya. Cirebon dengan teriknya matahari, kini sang
matahari hanya sesekali menampakkan wajahnya yang masih tertutup awan comulunimbus dengan
ketebalan yang lumayan untuk menyirami cirebonku agar terlihat sejuk sejenak..
^_^. Alhamdulillah... bahwa segala sesuatu yang Allah berikan itu ada
hikmahnya.
Ada sebuah kisah nih yang disampaikan ustadz, dan... jadi
inget matakuliah buah.. hal yang sama yang ditanyakan Prof Fuad di kelas. Mengapa
labu yang tanamannya kecil, kurus, memiliki buah yang besar??? Sedangkan pohon
beringin yang begitu besarnya, daun yang rindang, memiliki buah yang
kecil-kecil? Padahal sumber fotosintesis banyakan di beringin. Hayo kenapa???? Bingung
kan? Waktu itu saat kuliah berlangsung, yang nemplok dari penjelasan Ibu Ketty
adalah adanya perbedaan sink dan source dari masing-masing tanaman. Yah, dan
kita harus mencari, sink dari pohon beringin itu apa sehingga dapat menjelaskan
mengapa buah yang dihasilkan kecil. Yah, itu ilmiahnya...
Sekarang coba kita tengok mengenai ketauhidan, ketika berfikir
hal tersebut, seorang yang tafakkur yang
sedang berteduh dibawah pohon beringin tertimpa buah yang jatuh. #pluk. Seraya mengucapkan
“Alhamdulillah...” ternyata memang
ada hikmahnya mengapa buah beringin diciptakan kecil, namun daunnya rindang...
coba kalo buahnya segede labu,. Hadeuuu... mau jadi apa kepala saya ini...
Kemudian jika ada yang bertanya mengapa Allah hanya menguji
orang-orang miskin yang tidak punya harta dengan sakit dan ketidakmampuannya? Kenapa
gak orang kaya aja yang diuji? Kok Allah gak adil sih. “nah, kadang kita
ngegrutu gitu kan yah? Atau sering memposisikan bahwa ujian kita sangat berat. Tapi
tahukah kamu, bahwa itulah letak adilnya Allah.. Allah memiliki cara sendiri
dengan keadilannya.
Selanjutnya mengenai apa yang harus dilakukan oleh pencari
ilmu, atau murid.. abi lebih suka menggunakan istilah murid/ah atau santri/at yang artinya berusaha untuk mendapatkan. Sedangkan kata
siswa, berasal dari bahasa sansekerta yang berarti bodoh. kalau saudara2 yang lagi
baca ini berstatus mahasiswa, maka artinya adalah maha bodoh. Eum... maksudnya
adalah, semakin tinggi ilmu kita, maka kita harus merasa semakin tidak tahu. Tapi
gak enak aja ngedengernya kalo kita tahu artinya yah, hoho....
Okeh, seorang murid yang memiliki ibadah, akan menjaga dari
setiap yang bisa merusaknya diakhirat. Lalu apasih yang bisa merusak amal kita?
Dialah dunia dan segala keindahannya. Maka berharap untuk selamat dari
adzabnya. Gan, dunia itu adanya diujung lidah... percaya gak? Coba kita telaah,
kita makan makanan enak, yo Cuma diujung lidah adanya, setelah masuk
tenggorokan, udah gak nikmat lagi tu makanan. Iya kan yah?
Jadi sesungguhnya, marilah kita tinggalkan banyak dunia, hanya
sedikit saja kita menyentuhnya. Dan banyak menyendiri untuk mendekatkan diri
pada Allah. Kita sampe kurus gara-gara belajar terus dipondok yo gapapa, punya
sedikit temen ya gapapa, karena justru orang yang bergaul kemana-mana itu yang
lebih banyak mudhorotnya. Gimana kagak? Lah wong tiap ketemu ujung2nya ngrumpi.
Iya toh? Dosa lagi... makin banyak yang ditemui, makin banyaklah dosanya...
jadi kudu pinter2 milih temen untuk bergaul. Karena kalau kamu berteman dengan
penjual minyak wangi, kecepretan wanginya juga walau dikit. :D. Ada yang bilang
juga, kalo kita mau melihat dan menilai seseorang, maka lihatlah temannya.
Semakin bertambah umur kita, sedikit demi sedikit kenikmatan
dalam hidup diambil dan berkurang. Yang paling penting adalah nikmat yang
banyak, dan Allah ridho...
Eh, sehabis pengajian bubar, dateng rezeki lagi nih... ikan...
beberapa potong ikan yang banyak, udang dari mbak wen yang baru selesai masak,
eummm.... baru aja ngaji kita ngebahas tentang zuhud, tapi kalo rezeki yah masa
iya ditolak. Iya gak? :D
--Ihya’
‘Ulumuddin 3--
Komentar
Posting Komentar