Teladan Ummat
Bismillahirrahmanirrahim...
Allahumma
innihtaththu bidarbillaah... tuuluhuu maasyaa allaah... Qufluhuu
laailaahaillallah muhammadarrasulullah... usai membaca wirdusyakron,
suara lembaran kitab itu kembali terdengar.. jawaahirul
kalamiyyah,
kitab yang dikaji setiap malam kamis, memberi pelajaran
ketauhidan yang indah...
lagi, malam ini kami, aku
lebih tepatnya, seperti tersambar petir ketika sang pintu ilmuku memaparkan
kisah yang tertulis didalam kitab, halaman 16, soal pertama
dari bawah, -jawahirul kalamiyyah-
s : apakah hikmah yang
bisa kita ambil ketika para nabi tertimpa sakit dan penderitaan?
J : agar para anbiya (nabi) mendapat pahala yang besar
dan memperlihatkan kepada kita ketaatan dan kesabarannya dan menjadi contoh
bagi manusia.
Kisah kenabian yang
memberi pelajaran luar biasa mengenai kehidupan, nabi Ayyub SA yang mendapat
cobaan sakit selama 40 tahun, namun beliau tetap sabar hingga keluarga baik
anak dan istrinya meninggalkan beliau karena tak kuat dengan sakit yang
dideritanya. Namun subhanallah, seorang nabi yang tetap sabar dan
memperlihatkan kesabarannya dalam menghadapi cobaan dari Allah.
Sobat... mungkin kita
merasa bahwa kita yang paling malang, kita yang paling menderita, tahukah bahwa
nabi Muhammad SAW ditinggal ayahnya ketika berusia 6 bulan didalam kandungan
sang bunda, sudah menjadi yatim dan ketika beliau berumur 6 tahun, bunda
tercinta menyusul ayahnya hingga ia sebatang kara dan di asuh oleh paman dan
kakeknya.
Mengapa mereka yang mulia
ini mendapat cobaan begitu berat? Lalu seberapa muliakah kita? Mendapat cobaan
yang tidak seberat mereka, Alhamdulillah.. mari bersyukur, ketika kita mendapat
musibah, maka lihatlah yang lebih besar, agar kita bersyukur...
Ya Allah ya Rabb,,.. kami
adalah hamba-Mu yang hina, ampuni kami yang tak mensyukuri nikmat-Mu.. bahkan
menyebut asma-Mu, terkadang aku lupa...
Ya Rabb... bantu kami
mencontoh kekasih-Mu, bersyukur, bersabar, dan ta’at kepada-Mu yang Maha
segalanya... betapa hina diri ini yang selalu mengeluh akan ujian yang Kau beri...
astaghfirullahal’adzim...
Dunya diambil dari bahasa arab. Dunya
yang merupakan jamak taktsir yang berarti
hina, berasal dari kata “adnayu”
isim mufrod yang berarti paling hina. (CMIWW)
“Annaddunyaa daaru balaa i wamtikhaanin”.
Sesungguhnya dunia adalah tempatnya balai (celaka) dan ujian” Maka ketika kita
mengharapkan kemuliaan, tempatnya adalah di akhirat. Karena di dunia ini
semuanya adalah ujian.. orang kaya diuji dengan hartanya, orang miskin diuji
dengan ketidakpunyaannya., orang cantik diuji dengan kesempurnaannya, dan
istri, anak dan keluargamu... sesungguhnya adalah ujianmu...
Dan sesungguhnya kita
sangat manja, sakit sedikit mengeluh, subhanallah... lihat tauladan kita yang
tak pernah mengeluh diuji berpuluh-puluh tahun lamanya... justru kesabarannya
bertambah..
“ustadz juga manja... hujan, gak mau kesini.. manja banget
yah”. Maaf ya... sudah 2x ustadz gak dateng ngajar kesini gara-gara ujan...” dengan nada lirih penuh
penyesalan...
Kala itu rasanya ada petir
yang menyambar otakku... astaghfirullahal’adzim... betapa durhakanya aku ya
Allah... 2x gak ngajar, penyesalannya begitu besar, sedangkan aku... kadang
bermalas-malasan melangkah ke majlis karena banyak tugas yang padahal aku yang
tak dapat mengatur waktuku...
Sering aku meninggalkan
majlis tanpa izin...tanpa rasa bersalah dalam hati ini...
Namun guruku... ia begitu
menyesal... maafkan kami... maafkan aku ya Allah.. saat kuliah.... dosenku
datang dan memberikan ilmunya, namun aku TIDUR karena semalaman tadi aku NONTON
FILM, BUKAN TAHAJJUD, BUKAN BERIBADAH.. ngaji pagi pun... terkadang bukan
menyimak, dan lagi-lagi TIDUR ketika ustadz menjelaskan..
Ya Allah... betapa
jahatnya aku...
Astaghfirullahal’adzim...
mari mencontoh tauladan kita..
salam hangat
Komentar
Posting Komentar