--sejatinya--

baru aku menyadari bahwasannya...
ibu, bapak, adalah tempatku berbagi yag hakiki selain pada illahi..
malam ini kuberanikan mengadu pada mereka...
bapak, ibu.... aku punya masalah... aku bingung dan merasa bersalah...
ada temanku yang dulu baik hatinya..., namun karena kekhilafanku,
ia jadi terpana pada dunia..
satu lagi... aku merasa berada pada keramaian,
namun hakikatnya aku sendiri dalam kesedihan..
disatu sisi mereka adalah malaikat,
namun disisi lain, mereka tak ada menganggap..
aku benar-benar bingung pak, bu...
apakah salahku?
karena ibu tak pernah salah mengandungku...
apa aku terlalu lugu?
atau tak mengerti hakikatnya teman baru?
aku belum paham mengenai kehidupan yang keras ini bu...
aku masih terlalu kecil... pengalamanku masih terlalu muda untuk itu..

ketika mereka membawaku dalam senyum bersama...
rasanya aku berada di nirwana...
namun ketika mereka tak lagi menganggapku ada...
aku bukanlah siapa-siapa..
terlepas dari itu semua.., aku hanyalah bocah kecil tak berdaya yang merasa teraniaya..
terlupa oleh mereka kawan lama...
bapak, aku harus berbuat apa?
karena hati ini meronta ingin melepas lara..
ibu, rasanya aku ingin kembali dalam kandungmu.., namun itu bukanlah pilihan,
hanya kesahku yang lelah menahan beban...
ibu... seandainya mereka mengerti aku layaknya kau mengerti apa yang aku rasa...
tertatih aku mencari teman sejati,
terbuai oleh fatamorgana buih...
menemaniku dalam temaram kelam yang merintih

bunda... aku rindu kehangatanmu...
aku ingin berada dalam dekapmu yang lembut,
ayah.... aku ingin mendengar bijakmu...
dengan tanggungjawabmu pada kami anakmu...
kata-katamu begitu tegas mempesona membuatku terpaku,
nasehatmu adalah cahaya bagi kelabunya kerajaan hatiku
satu dua permasalahan takan bisa menghancurkan keteguhanmu dalam mengambil sikap,
kagumku padamu takan berubah hingga ujung usiaku,
ayah, bunda.....

sejatinya, kalianlah malaikat pembawa cahaya itu...